Dosen Institut Teknologi PLN Dewi Arianti Wulandari, SKom, M.MSI meraih gelar doktor usai memeprtahankan disertasinya di hadapan para penguji pada ujian disertasi promosi doktr program studi Doktor Sistem Informasi (DSI) Universitas Diponegoro (Undip) pada Rabu, 28 Agustus 2025. Dr. Dewi Arianti Wulandari melakukan penelitian dengan judul “Model Arsitektur Sistem E-Learning Berbasis Microservices di Perguruan Tinggi”. Bertindak sebagai Promotor Prof. Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati, M. App.Sc, Ko-Promotor Dinar Mutiara Kusumo Nugraheni, ST., M. Infotech.Ph. D. Sementara tim penguji lain terdiri Prof. Ir. Agung Wibowo, MSc, Ph.D, Prof. Dr. Rahmat Gernowo, M.Si, Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom, Prof. Dr. Catur Edi Widodo, MT, dan Agung budi Prasetijo SIT, MIT, Ph.D. Prof. Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati mengapresiasi Dr. Dewi Arianti Wulandari karena bisa menyelesaikan studi di DSI Undip tepat waktu dan meraih IPK 4,0. Saya sangat mengapresiasi dengan terlaksananya ujian disertasi promosi doktor ini, saudari Dewi bisa menempuh studi tepat waktu dan meraih cumlaude walaupun harus menempuh jarak Jakarta-Semarang penelitiannya juga bagus yaitu tentang Model Arsitektur Sistem E-Learning Berbasis Microservices kami berharap penelitian ini bisa menjadi role model untuk diterapkab di perguruan tinggi,” ungkap Prof. Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati. Direktur sekolah pascasarjana IT PLN Dr. Luqman, ST., M.Kom., IPM., ASEAN.Eng berharap ilmu yang sudah diperoleh dari Undip dapat diterapkan di seluruh Indonesia karena novelty saangat bagus dan kami akan mengirimkan dosen IT PLN untuk kuliah di DSI undip. Menurut Dewi Arianti Wulandari bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model arsitektur sistem e-learning berbasis microservices yang dapat meningkatkan skalabilitas, fleksibilitas, dan kinerja sistem pembelajaran daring di perguruan tinggi. “Latar belakang penelitian ini didasarkan pada tantangan yang dihadapi oleh institusi pendidikan tinggi di Indonesia dalam mengimplementasikan sistem e-learning, khususnya yang masih menggunakan arsitektur monolitik yang kurang adaptif terhadap perubahan kebutuhan pengguna dan lonjakan jumlah pengguna,” ungkap Dewi Arianti Wulandari.